Sabtu, 06 Juli 2013

Apresiasi Puisi Strata Norma Roman Ingarden



Puisi!
Asa, Jangan Bawa Kupu-Kupu ke Sekolah
Jimat Kalimasadha

Asa, jangan bawa kupu-kupu itu ke sekolah
Nanti sayapnya patah
Nanti hilang warnanya indah

Asa, jangan bawa jangkrik itu ke sekolah
Nanti riang suaranya hilang
Nanti teriaknya jadi serak

Asa, jangan bawa kalajengking itu ke sekolah
Nanti sengatnya tak punya bisa
Nanti sakitnya tak berasa

Ayo, kembalikan saja ke rumahnya
Biar hidup bahagia seperti kita
Bersama ibu, ayah, dan saudaranya

Ayo, lepaskan saja mereka
Hidup bebas merdeka
Meramaikan belantara raya


Kaki Patiayam-Gondoharum, Kudus-Juni 2011






Analisa puisi strata norma Roman Ingarden!
1.      Lapis Bunyi
Asonansi yang sering muncul dalam puisi tersebut yaitu /a/, sedangkan aliterasi yang sering muncul yaitu /n/ dan /b/ seperti pada kata nanti, bawa, warna, biar, bahagia, bersama, bebas, belantara, kembalikan, dll.
Bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat istimewa dalam puisi di atas, antara lain:
            Asa, jangan bawa kupu-kupu itu ke sekolah
Asa, jangan bawa jangkrik itu ke sekolah
Asa, jangan bawa kalajengking itu ke sekolah
Nanti riang suaranya hilang
Nanti teriaknya jadi serak
Nanti sengatnya tak punya bisa
Nanti sakitnya tak berasa
2.      Lapis Arti
Kata  Asa”  dapat diartikan sebagai harapan atau permohonan. Bisa juga diartikan sebagai generasi masa kini. Sementara kata “kupu-kupu, jangkrik, dan kalajengking” adalah kumpulan binatang yang menggambarkan watak manusia. Ada manusia yang baik dan terlihat menawan seperti kupu-kupu, ada yang terlihat biasa-biasa saja seperti jangkrik, ada pula yang memiliki watak jahat seperti kalajengking. Kata “sekolah” diartikan sebagai tempat mencari ilmu.
Puisi tersebut menjelaskan bahwa dalam mendidik manusia yang memiliki beragam watak, tidak harus pergi ke sekolah yang hanya berisi segudang peraturan dan tugas yang menumpuk. Saat ini, sekolah hanya menuntut siswanya untuk pintar tanpa diikuti dengan upaya meningkatkan kecerdasan moral siswanya. “Kembalikan saja ke rumahnya”. Dengan membebaskan mereka kembali ke lingkungannya, diharapkan manusia-manusia yang memiliki beragam watak tersebut dapat berkembang sesuai nalurinya.
“Biar hidup bahagia seperti kita. Bersama ibu, ayah, dan saudaranya”. Sejatinya, pendidikan dari keluarga-lah yang sangat penting untuk perkembangan mental dan moral anak-anak.
Puisi tersebut dapat pula diartikan sebagai program konservasi. Jika kita sering membawa kupu-kupu, jangkrik, dan kalajengking ke sekolah untuk dijadikan bahan percobaan, hal ini akan mengakibatkan punahnya binatang tersebut. Generasi mendatang tidak akan bisa menikmati keindahan kupu-kupu, merdunya suara jangkrik, dan melihat kalajengking yang bisa menyengat. Untuk itu, mereka harus dikembalikan ke alamnya dan tidak mengurung binatang-binatang tersebut dalam sebuah tempat observasi. Biarkan mereka hidup bebas sesuai habitatnya agar tidak punah.
3.      Lapis objek
·         Tema
Puisi tersebut bertema tentang konservasi. Dengan melibatkan nama-nama binatang seperti kupu-kupu, jangkrik, dan kalajengking dapat dimaknai bahwa puisi tersebut bertema pelestarian hewan atau konservasi hewan. Jika dianalisis dari segi makna tersiratnya bahwa binatang-binatang tersebut menggambarkan watak manusia berarti puisi itu bertema konservasi moral.
·         Latar
Tempat yang tersurat dalam puisi tersebut yaitu sekolah yang dimaknai sebagai tempat mencari ilmu atau tempat mengadakan penelitian. Selain itu juga disebutkan rumah yang diartikan sebagai habitatnya. Latar waktu yang digambarkan dalam puisi tersebut yaitu pada masa kini yang ditafsirkan bahwa masa kini banyak binatang yang punah atau moral manusia yang semakin merosot. Dunia pendidikan dirasakan tidak lagi menjalankan fungsinya dengan baik. Pendidikan dikembalikan ke alam agar mereka dapat mengembangkan bakat yang dimiliki. Alam adalah guru terbaik.
·         Pelaku
Pelaku dianalogikan sebagai kupu-kupu, jangkrik dan kalajengking. Secara tersirat binatang tersebut menggambarkan tiga watak manusia yang berbeda. Kupu-kupu melambangkan watak baik, jangkrik melambangkan watak yang biasa-biasa saja, sedangkan kalajengking melambangkan watak jahat.
·         Sasaran
Puisi tersebut ditujukan untuk generasi masa kini agar lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
4.      Lapis dunia
      Dipandang dari sudut pandang tertentu, pengarang ingin mengungkapkan bahwa di masa kini sekolah tidak lagi menjalankan fungsinya dengan baik. Kegiatan penelitian di sekolah tidak lagi memperhatikan keseimbangan alam hingga menimbulkan punahnya beberapa jenis binatang. Sekolah hanya mencetak lulusan yang cerdas dan pintar tanpa diimbangi dengan moral yang baik. Jika keadaannya demikian, sebaiknya para peserta didik dikembalikan ke habitatnya agar berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga dirasa paling tepat untuk mengembangkan kecerdasan moral mereka. Begitu pula dengan binatang-binatang yang dijadikan bahan penelitian. Sebaiknya dikembalikan ke alam agar hidup bebas dan tetap terjaga kelestariannya.

5.      Lapis Metafisis
            Dalam puisi tersebut pengarang ingin mengajak pembaca untuk menggalakkan program konservasi. Konservasi alam maupun konservasi moral. Kedua-duanya sangat penting untuk menyongsong masa depan yang lebih tenteram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar